Tentang seorang perempuan bernama Mara yang bekerja di sebuah biro iklan. Tidak seperti copywriter lain, Mara memiliki kenangan tidak menyenangkan dan traumatis akan menstruasi dan darah yang membuatnya kesulitan menemukan ide untuk iklan. Kejadian berpautan dengan darah yang dialami Mara telah membuatnya menjadi terobsesi pada darah dan ‘menyerah’ dengan pekerjaannya.
Ceritanya cukup membuat merinding dan betul-betul tidak nyaman saking nyatanya. Pendeskripsian hantu perempuan yang menjilati darah pada pembalut yang langsung dibuang tanpa dicuci membuat saya kembali ingat karena saya pun dulu pernah diberitahu soal itu. Sampai sekarang saya masih antara percaya dan tidak percaya, tapi kalau cerita itu benar sungguh mengerikan.
Dalam cerpen Darah penulis membahas bagaimana menstruasi merupakan hal yang tidak nyaman bagi perempuan dan bagaimana tubuh perempuan dijadikan objek penilaian atas sesuatu. Lewat penggambaran adegan antara Ustazah dan Mara kecil tentang hal-hal yang dialami perempuan ketika sudah menstruasi dan bagaimana perempuan seharusnya bersikap dan bertindak, saya dapat menyimpulkan bahwa alasan yang masuk akal dan kejelasan atas larangan suatu hal yang mampu menjawab keingintahuan itu amat perlu. Jadi, tidak sekadar boleh atau tidak boleh dilakukan dan tanpa penjelasan lebih lanjut atau tak berdasar.
Cerpen ini memiliki budaya dan tradisi yaitu perempuan akan selalu mengalami menstruasi di saat pubertasnya dan harus menjaga kebersihan dirinya khususnya ketika menstruasi. Selain itu, penulis juga mengajarkan kepada para perempuan khususnya untuk tidak melakukan sex di luar nikah.
Comments
Post a Comment